Koran Jurnal, Jakarta – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri peringatan hari ulang tahun (HUT) PDI Perjuangan Ke-50 di Jakarta International Expo (JI-Expo) Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023).
Dalam acara tersebut, Presiden Jokowi memberikan sambutan yang antara lain menyampaikan ekonomi Indonesia, krisis ekonomi, dan pertambangan hingga politik.
Melansir laman resmi sekretariat kabinet, berikut sambutan dan pidato Presiden Jokowi;
Yang saya hormati Presiden Kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ibu Prof. Dr. Hj. Megawati Soekarnoputri;
Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Kiai H. Ma’ruf Amin;
Yang saya hormati para menteri yang hadir pada pagi hari ini;
Yang saya hormati Sekjen beserta seluruh pengurus Dewan Pimpinan Pusat, Ketua dan Jajaran Pengurus DPD, Ketua dan Jajaran Pengurus DPC, Ketua dan Jajaran Pengurus PAC, Ketua dan Jajaran Pengurus Ranting, Ketua dan Jajaran Pengurus Anak Ranting, serta seluruh sayap partai dan ketua, dan seluruh Jajaran Pengurus PDI Perjuangan yang saya cintai, yang saya banggakan;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama, atas nama pemerintah, masyarakat, bangsa dan negara, saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-50 kepada Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri dan seluruh kader PDI Perjuangan dimanapun berada, dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote.
Di usia emas setengah abad, 50 tahun, PDI Perjuangan telah menjadi partai yang matang karena telah melewati jalan panjang, pahit getir, jatuh bangun untuk mencapai sebuah partai yang besar seperti saat ini, seperti tadi sudah diceritakan secara panjang lebar oleh Ibu Megawati. Partai yang menjadi kekuatan pemersatu bangsa di tengah kebhinekaan, partai yang konsisten menjaga empat pilar kebangsaan: NKRI, Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Bu Megawati, Bapak-Ibu sekalian seluruh kader PDI Perjuangan yang saya hormati,
Tahun 2022 kemarin adalah tahun yang sangat sulit, tahun yang sangat sulit, bagi dunia maupun bagi seluruh negara yang ada di dunia ini. Tapi kita sepertinya tidak merasakan, karena kita memang masih tumbuh pada posisi yang normal, ekonomi kita. Tahun kemarin adalah tahun turbulensi ekonomi, yang sulit dihitung, sulit diprediksi dan tahun ini akan jauh lebih sulit bagi dunia. Oleh sebab itu, tahun ini adalah tahun betul-betul tahun ujian bagi kita.
Kalau kita ingat tahun 1997-1998 banyak negara yang jatuh termasuk Indonesia menjadi pasiennya IMF. Tahun ini, baru saja tadi pagi saya telepon Menteri Keuangan berapa sih yang menjadi pasien IMF per hari ini, 16 negara sudah menjadi pasien IMF karena ambruk ekonominya dan 36 negara antre di depan pintunya IMF, karena juga sudah tidak memiliki kekuatan ekonomi di dalam negerinya.
Apa yang harus saya sampaikan? Ya, kita semuanya harus hati-hati. Kita semuanya harus kerja lebih keras lagi. Meskipun kita tumbuh baik di tahun 2022, tapi hati-hati karena Managing Director-nya IMF, Kristalina Georgieva, menyampaikan tahun 2023 sepertiga ekonomi dunia diprediksi akan mengalami resesi. Dan, untuk negara-negara yang tidak terkena resesi, ratusan juta penduduknya akan merasakan sedang dalam keadaan resesi. Oleh sebab itu, saya tidak menakut-nakuti, tapi kita semuanya harus hati-hati dan waspada. Jangan keliru kebijakan, jangan keliru policy, sehingga membawa kita pada sebuah kekeliruan yang besar. Itu yang harus kita jaga bersama-sama.
Dan sekali lagi, alhamdulillah, Indonesia termasuk yang masih mampu bertahan sampai saat ini, karena fondasi yang telah kita bangun. Fondasi yang telah kita bangun, yaitu infrastruktur untuk Indonesia maju.
Dan, strategi berikutnya adalah industrialisasi, hilirisasi. Ini yang sering saya sampaikan bahwa pentingnya industrialisasi, pentingnya hilirisasi. Jangan sampai kita sudah lebih dari 400 tahun sejak kompeni, VOC kita masih mengirim bahan-bahan mentah kita, mengekspor bahan-bahan mentah kita ke luar sehingga kita tidak mendapatkan nilai tambah apa-apa. Oleh sebab itu, beberapa aset-aset besar yang kita miliki, seperti Freeport yang sudah 50 tahun dimiliki oleh Freeport McMoRan dari Amerika telah tiga tahun ini mayoritas telah kita miliki yaitu 51,2 persen.
Apa yang kita inginkan dari pengambilalihan ini adalah industrialisasi. Jangan sampai tambangnya ada di negara kita, di Papua, smelternya industrinya ada di Jepang, smelternya industrinya ada di Spanyol. Kita enggak dapat apa-apa, pajak hanya dapat sedikit, royalti juga dapat sedikit, dividen dapat sedikit, lapangan kerja juga enggak dapat. Inilah yang harus kita balik bahwa bahan-bahan mentah yang kita miliki, baik tambang, pertanian, perkebunan, semuanya harus dihilirisasi agar nilai tambah berada di dalam negeri. Dan saya senang, baru saja saya datang ke Grasberg di Freeport, 98 persen pekerjanya adalah Warga Negara Indonesia, 98 persen sekarang ini, dan 41 persen adalah dari tanah Papua. Ini yang luar biasa.
Kemudian juga Blok Rokan, ini juga sudah 97 tahun dikelola oleh Chevron dari Amerika Serikat, yang Freeport Amerika Serikat juga, yang Chevron juga Amerika Serikat, 97 tahun dikelola oleh mereka. Dan, saat ini sudah 100 persen diambil alih oleh kita sendiri dan dikelola oleh Pertamina. Juga Blok Mahakam, setelah 43 tahun dikelola oleh Total E&P dari Prancis, sekarang juga 100 persen dikelola oleh Pertamina. Apa yang saya lihat di lapangan, seperti Rokan. Rokan 100 persen sekarang tenaga kerjanya semuanya dari Indonesia. Dan, kemarin ada tambahan lagi 12.500 pekerja baru di Blok Rokan, karena kita ingin mengebor lebih banyak lagi sumur-sumur yang sudah ada.
Tetapi, pekerjaan besar kita bukan ada di situ. Setelah menguasai ini, pekerjaan besar ke depan yang ingin kita lakukan adalah bagaimana membangun sebuah sistem besar, agar yang namanya nikel, yang namanya bauksit, yang namanya tembaga, yang namanya timah itu betul-betul semuanya bisa terintegrasi dan bisa memproduksi barang jadi maupun setengah jadi yang memberikan nilai tambah sebesar-besarnya, utamanya lapangan kerja bagi rakyat.
Nikel yang sudah kita stop tiga tahun yang lalu, dulu waktu masih mentah kita ekspor itu nilainya per tahun hanya Rp 17 triliun. Setelah kita stop tiga tahun ini, setahun bisa menghasilkan kurang lebih Rp360 triliun. Ini baru nikel. Bauksit kemarin sudah kita umumkan di bulan Desember stop juga mulai Juni 2023 dan akan kita industrialisasikan, kita hilirisasikan di dalam negeri. Saya enggak tahu lompatannya, nanti dari kurang lebih Rp20 [triliun] menjadi Rp60 triliun-Rp70 triliun.
Memang ini sebuah pekerjaan yang tidak mudah, mengintegrasikan tidak mudah, karena tambang tembaga ada di Papua, ada di Sumbawa, tambang nikel ada di Sulawesi, di Maluku Utara, di Maluku, dan tambang timah ada di Bangka Belitung, tambang bauksit ada di Kalimantan Barat, ada di Bintan. Semuanya harus terintegrasi, sehingga kita harapkan nantinya ini akan menjadi sebuah ekosistem bagi kendaraan listrik yang ke depan memberikan sebuah masa depan yang cerah, karena seluruh pasar negara-negara membutuhkan mobil listrik ini. Tetapi, tentu saja tahapannya akan masuk ke baterai listrik terlebih dahulu.
Saya hanya ingin memberikan sebuah bayangan, bahwa yang tadi ekspor nikel dari Rp17 triliun menjadi Rp360 triliun, itu sebuah angka lompatan yang besar sekali. Tetapi, apabila nanti menjadi sebuah ekosistem baterai dan ekosistem mobil listrik, itu akan memberikan nilai tambah ratusan kali, bukan puluhan kali lagi tapi ratusan kali.
Problemnya adalah, problemnya adalah kita digugat oleh Uni Eropa. Nikel kita digugat oleh Uni Eropa. Dan diputuskan, sudah diputuskan, kita kalah. Kita kalah. Tapi saya sampaikan kepada Bu Menteri Luar Negeri, “Jangan mundur.” Karena inilah yang akan menjadi lompatan besar peradaban negara kita, saya meyakini itu. Terus banding, kita banding. Kalau banding nanti kalah, saya enggak tahu ada upaya apa lagi yang bisa kita lakukan. Tapi, itulah sebuah perdagangan yang kadang-kadang menekan sebuah negara, agar mereka ikut aturan main yang dibuat oleh negara-negara besar. Sehingga kalau kita ekspornya kirimnya hanya bahan mentah, sampai kiamat kita hanya akan menjadi negara berkembang.
Kita semua ingat, Bung Karno tahun 1965 menyampaikan ‘menolak ketergantungan kepada imperialisme, memperluas kerja sama yang sederajat dan saling menguntungkan’. Bung Karno tahun 1965 sudah menyampaikan itu, dan supaya kita tidak bisa didikte dan tidak menggantungkan diri kepada negara mana pun. Inilah yang ingin kita lakukan, berdikari, berdikari, berdikari.
Oleh sebab itu, saat itu walaupun kita ditakut-takuti soal Freeport, tetap kita terus. Meskipun juga kita ditakut-takuti masalah nikel kalah di WTO, kita juga tetap terus. Justru kita tambah stop bauksit, nanti mungkin pertengahan tahun mungkin akan kita stop lagi tembaga. Kita harus berani seperti itu. Kita tidak boleh mundur, kita tidak boleh takut, karena kekayaan alam itu ada di Indonesia. Ini kedaulatan kita dan kita ingin dinikmati oleh rakyat kita, dinikmati oleh masyarakat kita.
Sehingga waktu KTT ASEAN-Uni Eropa, saya menyampaikan di dalam forum itu. Karena yang menggugat Uni Eropa pas kita ada KTT, wah ini kesempatan. Saya menyampaikan, kemitraan itu harus setara dan tidak boleh ada pemaksaan. Tidak boleh negara manapun mendikte dan tidak boleh negara-negara maju itu merasa bahwa standar mereka lebih bagus dari standar negara kita.
Kenapa ini terus saya ulang-ulang? Karena saya ingin presiden ke depan juga berani melanjutkannya. Tidak gampang ciut nyali, tidak gentar demi kepentingan bangsa, demi kepentingan negara.
Dan saya sangat senang sekali, tadi Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri menyampaikan bahwa calonnya adalah dari kader sendiri. Dan yang saya senang, mohon maaf Bu Mega, Bu Mega dalam memutuskan itu betul-betul sangat hati-hati, betul-betul tenang dan tidak grusa-grusu seperti yang lain-lainnya. Didesak-desak dari mana pun tidak goyah, meskipun namanya sudah di kantongnya Bu Mega. Kita semuanya sabar menunggu yang akan nanti beliau sampaikan. Tentunya, pada saatnya dengan perhitungan-perhitungan dan kalkulasi-kalkulasi yang telah dibuat oleh Ketua Umum Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Sekali lagi, selamat ulang tahun ke-50 PDI Perjuangan.
Terima kasih.