Peneliti Ekonomi Ini Sebut Langkah Restrukturisasi Ala Erick Thohir Beda dengan Rini Soemarno

0

Koran Jurnal, Jakarta – Peneliti Yp institute for fiscal and monetary policy, Yuyun Pringadi menilai kritik yang di alamatkan ke BUMN ditengah restrukturisasi atau perombakan jajaran direksi dan komisaris terasa semakin menjadi-jadi belakangan ini. Kritikan itu tak membuat Erick Thohir bergeser seujung rambut pun dengan adanya tekanan dari para elit-elit politik.

Yuyun berpendapat dalam membangun kinerja daya saing unit-unit BUMN diperlukan regenerasi. Komposisi personalia yg profesional, memiliki talenta bisnis serta energik, kreatif dan berusia muda.

“Kebutuhan sinergitas subholding secara sektoral suatu keniscayaan. Erick Thohir memandang varian unit-unit BUMN secara sektoral itu diintegrasikan agar menjadi satu kekuatan baru yang mampu bersaingan di era perdagangan bebas. Beda model perombakan yang dilakukan Rini Soemarno dengan Erick Thohir. Perombakan Rini berorientasi super holding dengan basis sektoral, dan bertujuan mengejar profitabilitas,” kata Yuyun dalam keterangan tertulis, Minggu (21/06/2020).

Sedangkan, Erick Thohir lebih mengoptimalisasikan sub holding
dengan pendekatan efisiensi dan produktivitas berbasis kinerja. Kelebihan dan kekurangan Rini Soemarno selaku Kemen BUMN, di tahun 2016-2018 energi BUMN terkuras dan sadar atau tidak sadar didukung oleh pengkritik-pengkritik yang tengah manggung saat ini.

Strategi sub holding berbasis sektoral yang digagas Erick Thohir memang sangat baik, biarkan waktu yang menjawab.

Menurut, Yuyun Pringadi, sejumlah unit-unit BUMN telah direstrukturisasi. Perombakan di jajaran Direktur utama hingga komisaris utama terus dilakukan melalui RUPS.

“Upaya itu sebagai langkah bersih-bersih yang tak pilih kasih. kriteria atau syarat dan ketentuan berlaku. Betapa tidak, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kinerja BUMN diperlukan perencanaan dan visi yang rational expectation. Melalui RUPS PT. Telkom tanggal 19 Juni 2020 dilakukan perombakan, kemudian Bursa Efek Indonesia (BEI). PT, Semen Indonesia dan seterusnya,” beber Yuyun.

Dia menjelaskan, unit-unit bisnis yang berorientasi bisnis (profit oriented) perlu di tata ulang, mengingat tantangannya sangat besar di era pasar bebas. Begitu pula, unit-unit berbasis pelayanan (service oriented) harus dari waktu ke waktu menunjukkan kinerjanya lebih baik. Tak berlebihan ketika perombakan dilakukan tujuannya adalah bukan hanya mengganti personalia, tetapi lebih mengedepankan efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Begitu juga dalam mekanisme kerja perlu di sinkronisasi nomenklatur agar sistem koordinasi, pelaporan maupun pengembangan SDM maupun sinergis ke arah kemajuan semakin jelas.

Namun kata dia, tidak berlebihan, jika terdapat personalia TNI/Polri dilibatkan dalam perombakan unit-unit BUMN. Begitu pula, unsur akademisi, profesional dan personalia lintas parpol, bahkan relawan sekalipun diikutsertakan dalam barisan membangun kultur dan kinerja BUMN.

Jadi tak perlu terkejut atau gusar bahwa perombakan bernuansa like and dislike. Itu tidak ada, yang ada adalah perombakan menuju keadaan yang lebih baik. Mengingat tantangan Indonesia ditengah wabah Covid-19 sangat besar, dan proses pemulihan perekonomian di era kompetisi sangat berat. Maka sektor- sektor ekonomi harus bangkit dan mengejar ketertinggalan memasuki era persaingan suatu keniscayaan.

Memang, Institusi publik tak lepas
dari tangan-tangan tak tampak ketika partai politik berkuasa. Bahkan terkesan BUMN menjadi ladang perahan parpol berkuasa ketika itu.

“Tapi kini, tidak bisa lagi melihat keadaan
masa lalu. Erick Thohir sebagai orang yang memiliki naluri bisnis tahu persis
memperlakukan unit-unit BUMN. Berbenah untuk memajukan BUMN bukan pekerjaan ringan. Erick Thohir tak mau kompromi dengan pengkritik atau gagap dengan ancaman dan protes keras terhadap dirinya. Pertanyaannya, ada apa sebenarnya pengkritik itu?,” tukasnya.

Jika diamati secara seksama, ada sebuah hidden agenda dari pengkritik yakni, jatah kursi dirut dan komisaris di unit-unit BUMN yang menggiurkan itu. Bisa dibayangkan unit-unit BUMN kurang lebih berjumlah 118 unit. Tetapi yang profit hanya berkisar 20 unit.

“Itu artinya, perombakan besar-besaran dilakukan agar kinerja keuangan semakin baik dan mengurangi unit-unit BUMN yang merugi,” ujar Yuyun.

Menjadikan BUMN, lanjut Yuyun, sebagai PT (persero) Tbk, atau (persero) yang berkontribusi terhadap APBN butuh tata kelola keuangan yang baik, transparan, akuntabel dan good governance diperlukan keberanian, visi dan human capital yang mumpuni. Bukan orang-orang yang tidak memiliki kompetensi ditempatkan sebanyak-banyak itu adalah kekeliruan yang dipelihara.

Dengan demikian bagi pihak-pihak pengkritik yang bermanuver membawa
Isu Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) harus berpihak ke UMKM bukan ke BUMN itu hanya pengalihan isu yang tidak populis. Terkesan pengkritik tengah mencari simpati dan dukungan ke unit-unit usaha menengah kecil lalu dibenturkan kepada PT (Persero) Tbk yang mendapat talangan dana PEN. Pressure group dari segenap kumpulan organisasi harus dibaca sebagai “noted” yang minta jatah kursi. Jika meminjam kata-kata Andre Rosiade anggota komisi VI dari fraksi Gerindra, kritikan Adian Napitupulu terkait rumor jatah kursi komisaris di BUMN.

Masyarakat pun bergumam, semua berpulang kepada tujuan dari perombakan itu… pak Erick, apakah ingin membangun kinerja BUMN atau mau bagi-bagi kue. Sekali layar terkembang, surut kita berpantang.(red)