Koran Jurnal, Kediri – Komoditas unggulan subsektor hortikultura salah satunya nanas. Komoditas memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga tidak hanya dikonsumsi masyarakat dalam negeri, tetapi juga ekspor baik dalam bentuk segar maupun olahan.
Berangkat dari ini, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura menggerakkan sentra nanas di Kediri, Jawa Timur. Dibalik keindahan wisata Gunung Kelud, Kecamatan Ngancar, Kediri berpotensi sebagai wilayah penghasil buah nanas.
“Lahan 7.650 hektar ditanami nanas jenis Paair Kelud (PK-1), PK Berduri, Madu, Queen, Smooth Qayenne. Nanas jenis KP-1 beratnya 2 hingga 3 kg perbutir,” demikian dikemukakan Dirjen Hortikultura, Suwandi yang saat mengunjugi hamparan nanas di Kediri, Sabtu (08/12/2018).
Suwandi menjelaskan sentra nanas di Indonesia tersebar di berbagai daerah. Yakni Kabupaten Subang, Pemalang, Prabumulih, Kediri, Blitar, Kubu Raya, Mempawah, Muaro Jambi, Kampar, Lampung Tengah dan Karimun.
“Produksi nanas di tahun 2016 sebesar 1,39 juta ton naik 22,3 persen tahun 2017 menjadi 1,79 juta ton. Ini pencapaian yang bagus kerja keras petani, pemerintah dan para pelaku usaha. Semuanya bersinergi dengan baik,” jelasnya.
Sesuai data BPS, Indonesia ekspor nanas segar 2017 sebesar 9.586 ton, naik 17,5 persen dan periode Januari-Oktober 2018 ekspor menjadi 11.247 ton. Negara tujuan ekspor ke Uni Emirat Arab, Jepang, Hongkong, Singapura, Saudi Arabia, Oman, Canada, Kuwait, Korea.
“Sebanyak 95 persen ekspor nanas dalam bentuk olahan dan sisanya dalam bentuk segar. Pangsa ekspor nanas ini 85 persen dari total ekspor buah,” ungkap Suwandi.
Terkait kandungan dan khasiat nanas, Lebih lanjut Suwandi katakan, buah nanas kaya akan vitamin C dan mangan, serta mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin B6, tembaga, serat pangan, folat, dan asam pantotenik. Buah nanas pun mengandung enzim proteolitik bromelain berperan membantu memecah protein, mencegah kanker dan membantu sistem pencernaan.
“Nanas juga mambantu menurunkan berat badan, daya tahan tubuh, meredakan peradangan, sinusitis, memperkuat kinerja mata, dan antioksidan,” terang dia.
Manajer Koperasi Langgeng Mulyo, Desa Ngancar, Kecamatan Ngancar, Kediri, Endro Pujiastoko mengatakan nanas varietas Madu Kelud dan PK-1 luaa 452 hektar berproduksi 2 ton perhari. Sedangkan jenis queen simplex serta Queen Asam Gulas 7200 hektar, hasil 70 ton per hari.
“Kediri memasok pasar tradisional se jawa Bali dan pasok psar modern jawa bali dengan jatingan koperasi maupun asosiasi,”ujar Endro
“Dulu pernah Kerjasama PT Alamanda Bandung, untuk ekspor namun terhenti. Pernah Kirim Ke pasar Singapura dengan jenis Queen Batu Super, kendala yg muncul nanas tidak bisa tahan lama mudah busuk,” sambungnya.
Hingga saat ini, lanjut Endro, pasar nanas dunia dikuasai Del Monte, Alamanda, Great Giant Pineaple baru mampu memasok memenuhi kebutuhan pasar dunia sekitar 55 persen dari kebutuhan. Karenanya, agar petani nanas kediri bisa mengasilkan nanas berkualitas ekspor, dia mengusulkan agar dibantu alat kultur jaringan bibit.
“Kemudian, perlu juga bantuan formula pupuk khusus nanas dalam bentuk cair pengganti Tetes dan pasca panen berupa cairan zat lilin buah untuk melapisi kulit buah nanas agar tahan lama,” tutur Endro.
Endro mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan riset daun nanas untuk serat nanasnya dengan bakteri pengurai selulosa di laboratorium UNISKA. Satu batang pohon nanas menghasilkan serat kering 150 gram, harga serat pasar amerika 250.000 per kg untuk bahan tenun kain korden dn kain baju.
“Untuk serat dari nanas jenus simplex dn asam gulas kualitas serat setara dengan sutra. Ini menurut uji laboratorium Balitas Malang,” ungkapnya.
“Satu hektar menghasilkan serat 150 gram dikalikan 80.000 populasi pohon nanas hasilnya 12.000 kg dikali Rp 250.000. Hasilnya Rp 3 miliar. Ini potensi emas hijau yang belum tergali yang bisa bikin Indonesia kaya raya petani sejahtera,” imbuh Endro.(ton/Hum)