Koran Jurnal, Jakarta – Koordinator Nasional Relawan Gerakan Masyarakat Maritim Indonesia Untuk Bapak Ir.H. Joko Widodo-Bapak Prof.Dr. KH. Ma’ruf Amin (GEMAR JOKOWI-KMA) bersama FORKAP (Forum Komunikasi Anak Papua) mengadakan diskusi di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta, Selasa (10/09/2019).
Pembicara yang hadir diantaranya Marvin Sadipun Komber (Ketua Badan Kehormatan DPD-RI), M.Rivai Darus (Direktur Eksekutif IDR/ Mantan Ketum DPP KNPI), Irene Manimbuy (Mantan Wakil Gubernur Papua Barat), Martinus A. Werimon (Mantan Sekretaris Dewan Adat Papua), Edison Awoitouw (Ketua DPRD Kab. Jayapura), Baharudin Farawowan (Ketua Umum Relawan Gemar Jokowi-KMA/Ketum DPP Geomaritim). Dengan jumlah peserta sebanyak 120 orang.
Judul Tema Menjaga Damai di Bumi Cendrawasih, “Anak Papua, Bicara Papua “
Sembilan kali Presiden Joko Widodo berkunjung ke Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sejak memimpin pada 20 Oktober 2014, pastilah syarat makna yang menunjukkan keberpihakan kepada Negara pada rakyat di Bumi Cenderawaslh.
Banyak orang mengatakan Papua merupakan secuil tanah surga yang jatuh ke bumi lantaran kekayaan alamnya yang begitu melimpah dihamparan hingga isi perut Bumi Cenderawasih serta pesona alamnya yang teramat lndah. Namun Tanah Papua juga menylmpan pekerjaan rumah diberbagai bldang sepertl soal kesehatan, pendidikan, kesenjangan ekonoml, isolasl daerah, hingga keamanan.
Untuk menjawab hal dlatas maka pada tanggal 11 Desember 2017 Presiden Joko widodo ( Jokowi) menandatangani lnstruksi Presiden (lnpres) Nomor 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan dl Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. MeIaIui Inpres tersebut Jokowi menginstrukslkan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) untuk mengoordinasikan, mensinergikan penyusunan, dan menetapkan Rencana Aksi Tahunan Program Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsl Papua dan Provinsi Papua Barat sampai 2019.
Di Tengah Gencarnya Preslden Jokowi menaruh perhatian di Bumi Cenderawasih, memasuki detik-detik Peringatan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 16 Agustus 2019 di Surabaya sebuah kado ’pahit’ dihadiahkan bagi tanah alr tercinta.
Pekan yang semestinya penuh kegembiraan berubah mencekam karena rentetan peristiwa penyerangan dan pengepungan Asrama mahasiswa Papua di beberapa wilayah tanah Air.
Kota-kota besar sepertl Malang. Surabaya dan Makasar menjadi panggung bagi pertunjukkan kebencian RAS yang diskriminatif. Rentetan peristiwa tersebut memicu kerusuhan besar di Manokwari Papua Barat sebagai buntut dari kekecewaan atas peristiwa penyerangan dan penahanan mahasiswa Papua.
Percikan dari dinamika sosial diatas kemungkinan juga dilatari kecurigaan besar terhadap orang Papua yang dimata sebagian besar masyarakat Indonesia, dianggap menginginkan kemerdekaan dan menentukan nasib mereka sendiri.(red)