Koran Jurnal, Jakarta – Salah satu kapal perang di bawah pembinaan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) KRI Pulau Romang-723 mengakhiri dharma baktinya di TNI AL. Berakhirnya dharma bakti KRI Pulau Romang-723 secara resmi ditandai dengan penurunan Ular-ular perang kapal perang tersebut.
Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Danpushidrosal) Laksamana Madya TNI Budi Purwanto memimpin upacara penurunan bendera Ular-ular perang Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Pulau Romang-723 di Dermaga Sunda Pondok Dayung, Jakarta Utara, Selasa (6/2/2024).
Kapal Perang Republik Indonesia Pulau Romang dengan nomor lambung 723 disingkat KRI PRM-723 pada awalnya merupakan kapal jenis Penyapu Ranjau kelas Condor dengan nama “Pritzwalk-325”. Kapal ini dibangun di galangan VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada tanggal 28 Mei 1971 sebagai arsenal kekuatan Pakta Warsawa dengan peran utama untuk menandingi armada kapal perang NATO. Setelah penyatuan kembali Jerman, armada kapal kelas Condor tidak lagi diaktifkan.
Pada periode tahun 1992 – 1993 Pemerintah Indonesia mendatangkan 39 armada kapal perang eks Jerman Timur yang terdiri dari 16 kapal Korvet kelas Parchim, 14 kapal Landing Ship Tank kelas Frosch dan 9 kapal Penyapu Ranjau kelas Condor yang salah satunya diberi nama KRI Pulau Romang-723. Nama Pulau Romang diambil dari nama sebuah pulau kecil di Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
Berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Skep/217/IV/1993 tanggal 22 April 1993, secara resmi KRI Pulau Romang-723 ditetapkan sebagai Kapal Perang Republik Indonesia. Setelah dilaksanakan perbaikan dan modifikasi menjadi kapal Bantu Hidro-Oseanografi di PT PAL Surabaya, selanjutnya KRI Pulau Romang-723 dialihbinakan ke Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut dan difungsikan sebagai kapal survei terbatas.
KRI Pulau Romang-723 telah secara aktif mendukung pelaksanaan tugas TNI Angkatan Laut serta tugas pokok Dinas Hidro-Oseanografi secara signifikan melalui keberhasilan tugas-tugas operasi dan survei yang diemban sesuai fungsi asasinya sebagai kapal Bantu Hidro-Oseanografi maupun fungsi Kamla dan SAR.
Beberapa penugasan operasi yang dilaksanakan oleh KRI Pulau Romang-723 sejak bergabung di jajaran Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut saat ini Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut antara lain operasi Survei perairan Batuporon (2004), operasi Survei perairan Lombok (2005), operasi Survei perairan Pangkalan Susu (2006), operasi Survei perairan Selat Singapura (2008), operasi Survei perairan Dumai (2009), operasi Survei perairan Teluk Ratai (2010), operasi Survei perairanTegal (2011), operasi Survei perairan Manokwari (2012), operasi Survei perairan APBS (2013-2014), operasi Survei perairan Pulau Tolop (2014), operasi SAR Pesawat Air Asia (2014-2015), operasi Survei perairan Merampit (2015-2016), operasi Survei perairan Cirebon (2016), operasi Survei perairan Lampung (2017) dan operasi Survei perairan Tolitoli (2018).
Hadir dalam upacara penurunan ular-ular perang KRI PRM-723 antara lain Waasops Kasal laksamana Pertama TNI Sigit Santoso, Kadismatal Laksamana Pertama TNI Suryaman, Kadisjahral Laksamana Pertama TNI Dr. Hariyo Poernomo, serta pejabat utama Pushidrosal.(disp)